Posts

Masjid Gedhe Mataram Kotagede

Image
  Masjid Mataram Islam Masjid ini berada dalam satu area dengan Kompleks Makam pendiri Kerajaan Mataram Islam beserta keluarga di Kotagede. Masjid Kotagede ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram pada tahun 1586 oleh Panembahan Senapati bersama-sama dengan masyarakat setempat yang umumnya Hindu dan Buddha. Masjid ini mempunyai prasasti yang menyebutkan bahwa masjid dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung hanya berupa bangunan inti masjid yang berukuran kecil sehingga saat itu disebut langgar. Tahap kedua masjid dibangun Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Gerbang Masuk sentuhan Hindu/Budha Penanda Tahun Serambi Depan Pintu Masuk Utama Pengajian sebelum Buka Puasa Telah masuk dalam perlindungan Cagar Budaya Bedug dan Kentongan Mihrab dan Mimbar Utama Lampu Ruang Utama dan Atap Tajug Pintu samping Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Dengan Gapura menuju Masjid menjadi satu dengan Kompleks Makam, disini terlihat ada pengaruh H

Benteng Vredeburg di Jogja

Image
     Benteng Vredeburg merupakan benteng peninggalan kolonial. Dibangun pada 1760 oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak Belanda. Sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan Keraton Yogyakarta. Pembangunan benteng pertama kali dilakukan dengan bentuk bangunan yang masih sangat sederhana. Setelah selesai, benteng tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan. Menjelang akhir abad ke-19, Benteng Rustenburg mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Setelah direnovasi oleh Belanda, namanya diubah menjadi Benteng Vredeburg , yang artinya benteng perdamaian.      Pada 9 Agustus 1980, pemerintah melalui Mendikbud dan atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Kemudian pada 16 April 1985, bangunan benteng ini dipugar untuk dijadikan museum. Setelah pemugarannya selesai pada 1987, museum mulai dibuka untuk umum. P

Pasar Papringan Ngadiprono Temanggung

Image
Pasar Papringan adalah atraksi wisata berkonsep pasar yang diadakan di area Hutan Bambu Ngadiprono Temanggung. Dan uniknya hanya dibuka berdasar penanggalan Jawa pada Minggu Wage dan Minggu Pon. Atau dalam 35 hari, hanya buka dua kali saja. Nah, keunikan berikutnya adalah pembayarannya menggunakan potongan bambu / uang pring . Saat masuk harus menukar uang dengan rentengan Uang Pring . Semua yang ada disini ditransaksikan dengan Uang Pring . Satu renteng Uang Pring Jual Beli Kupat Tahu berharga 5 Pring Pasar Papringan menjual berbagai macam makanan dan jajanan ndeso. Berbagai kerajinan bambu dan minuman. Satu hal lagi, jika kita membawa pulang jajanan atau oleh oleh, kita harus memakai tas bambu, tidak pakai plastik. Penjual Kupat Tahu Mbak ayune penjual Dawet Ayu Jajanan Klepon Jajanan Gronthol Penjual Klepon Dalam area Pasar Papringan, banyak spot foto apik tersedia disamping interaksi alamiah antar pengunjung dan warga. Malu Malu bermain Ayunan Bambu Berdua Interaksi Penjual dan Pe

Langgar Merdeka

Image
Langgar Merdeka adalah bangunan ikonik kawasan Kampung Batik Laweyan Solo. Selain bentuk bangunannya yang unik, tempat ibadah umat Islam itu memiliki sejarah yang menarik. Sebelum menjadi tempat ibadah, langgar yang berada di Jalan Radjiman nomor 565 itu dahulunya dimiliki oleh orang Tionghoa. Mereka menggunakan tempat itu sebagai kios candu. Terlihat pada dinding luar atas tulisan tanggal pendirian bangunan aslinya, yaitu pada 7 Juli 1877. Bangunan Langgar Merdeka  merupakan wakaf ( secara lisan ) dari Almarhun Bapak H. Imam Mashadi dan Almarhumah Ibu Hj. Aminah Imam Mashadi setelah dibeli dari orang Tionghoa. Pembangunan Langgar “ Merdeka ” dimulai tahun 1942 dan selesai tanggal 26 Februari 1946 yang kemudian diresmikan oleh Mentri Sosial pertama ( I ) yaitu Almarhum Bapak Mulyadi Joyo Martono, Ketika Agresi Militer II 1949, Langgar Merdeka menjadi salah satu target pengeboman. Namun luput dan justru rumah sekitar langgar yang terkena bom Belanda. Saat itu tidak boleh pakai nama Mer

Hutan Wisata De Djawatan, Benculuk Banyuwangi

Image
Pada 16 Desember 2022, saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Denpasar, Bali. Lalu dalam perjalanan pulang, saya berencana menyambangi lokasi wisata ini. Menginap semalam di Ketapang, pagi tanggal 20 Desember 2022, dengan menyewa sepeda motor saya datang ke Hutan Wisata De Djawatan. Awal mula tempat ini adalah sebuah lokasi penimbunan hasil hutan yang dikelola oleh Perhutani. Kemudian alih fungsi menjadi lokasi wisata. De Djawatan, merupakan wisata hutan yang menyajikan pemandangan alam dengan rerimbunan pohon Trembesi yang mendominasi seluruh area. Pohon Trembesi yang ada di De Djawatan memiliki usia ratusan tahun dan memiliki diameter mencapai 3 meter. Sehingga tempat ini terasa sejuk dan rindang bagi para pengunjung. Wisata ini berada di daerah Banyuwangi selatan, tepatnya di Desa Benculuk, Cluring-Banyuwangi. Harga tiket masuk (HTM) relatif murah yaitu sebesar Rp. 5.000 / orang di semua hari. Loket dibuka mulai jam 07:00 WIB s/d jam 17:00 WIB. Adapun untuk kendaraan roda 2 dan