Ini adalah dua pantai yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Mudah dicapai jika dari kota Yogyakarta. Keindahannya akan tampak saat matahari tenggelam atau saat sunset.
Dua bregada prajurit Pura Pakualaman melakukan upacara pergantian tugas jaga di halamaan Pura Pakualaman, Sabtu (4/02/17). Tugas jaga masing-masing bregada 'selapan' (35 hari) sekali. Pada pergantian jaga kemarin, dari Prajurit Lomboka Abang kepada Prajurit Plangkir. Duaja (bendera kesatuan) Lombok Abang berwarna merah diganti Duaja Plangkir sebagai lambang pergantian Tugas Jaga Usai upacara dua bregada prajurit Pura Pakualaman tersebut kemudian kirab mengelilingi benteng Pura Pakualaman. Masyarakat juga diperbolehkan mengikuti dari belakang. Keluar dari gerbang utama dan masuk kembali melalui gerbang utama dengan arah putar bertentangan dengan arah putar jarum jam. Pura Pakualaman menghadap ke selatan, maka kirabnya ke arah timur lebih dahulu. Acara hari itu dimeriahkan pula dengan berbagai pertujukan seni tradisi di Alun-alun Sewandanan yang terletak di depan Pura Pakualaman. Ada Gank X, Jathilan, Gamelan mBen Surup dan Kelompok Suara Minoritas #bersam
Lawang Sewu berarti “Pintu Seribu” dalam Bahasa Indonesia. Lawang Sewu merupakan gedung megah yang dibangun di era penjajahan Belanda dan kini menjadi salah satu obyek wisata terfavorit di Semarang. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI). Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer ( Kodam IV/Diponegoro ) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang ( 14 Oktober - 19 Oktober 1945 ). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang . Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejar
Grojogan Watu Purbo ada sejak tahun 1975. Difungsikan sebagai sebuah sistem pengaturan aliran lahar. Dikenal dengan nama Sabo. Sabo merupakan langkah antisipasi jika Gunung Merapi meletus dan menyebabkan banjir lahar. Selain disini sistem Sabo juga ada dibeberapa aliran Sungai disekitar Gunung Merapi. Grojogan Watu Purbo barulah menjadi destinasi wisata yang jadi buah bibir Instagram akhir tahun 2019 lalu. Grojogan Watu Purbo berada di Sleman. Tepatnya di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel. Bentuknya berundak seperti terasering enam tingkat hingga alirannya menyerupai sederet air terjun kecil. Aliran airnya bersumber dari Sungai Krasak. Tak terlalu jernih, namun jika dipotret memang tampak nyata keunikannya. Adalah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat yang berinisiatif untuk menggali potensi wisata Grojogan Watu Purbo. Mereka memperkenalkan Grojogan Watu Purbo sebagai objek wisata pada tahun 2017. Langkah itu lantas disambut hangat oleh warga. Grojogan Watu Purbo mulai dipadati p
Comments
Post a Comment