Benteng Vredeburg merupakan benteng peninggalan kolonial. Dibangun pada 1760 oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak Belanda. Sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan Keraton Yogyakarta. Pembangunan benteng pertama kali dilakukan dengan bentuk bangunan yang masih sangat sederhana. Setelah selesai, benteng tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan. Menjelang akhir abad ke-19, Benteng Rustenburg mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Setelah direnovasi oleh Belanda, namanya diubah menjadi Benteng Vredeburg , yang artinya benteng perdamaian. Pada 9 Agustus 1980, pemerintah melalui Mendikbud dan atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Kemudian pada 16 April 1985, bangunan benteng ini dipugar untuk dijadikan museum. Setelah pemugarannya selesai pada 1987, muse...
Masjid Mataram Islam Masjid ini berada dalam satu area dengan Kompleks Makam pendiri Kerajaan Mataram Islam beserta keluarga di Kotagede. Masjid Kotagede ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram pada tahun 1586 oleh Panembahan Senapati bersama-sama dengan masyarakat setempat yang umumnya Hindu dan Buddha. Masjid ini mempunyai prasasti yang menyebutkan bahwa masjid dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung hanya berupa bangunan inti masjid yang berukuran kecil sehingga saat itu disebut langgar. Tahap kedua masjid dibangun Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Gerbang Masuk sentuhan Hindu/Budha Penanda Tahun Serambi Depan Pintu Masuk Utama Pengajian sebelum Buka Puasa Telah masuk dalam perlindungan Cagar Budaya Bedug dan Kentongan Mihrab dan Mimbar Utama Lampu Ruang Utama dan Atap Tajug Pintu samping Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Dengan Gapura menuju Masjid menjadi satu dengan Kompleks Makam, disini terlihat ada pengar...
Pasar Papringan adalah atraksi wisata berkonsep pasar yang diadakan di area Hutan Bambu Ngadiprono Temanggung. Dan uniknya hanya dibuka berdasar penanggalan Jawa pada Minggu Wage dan Minggu Pon. Atau dalam 35 hari, hanya buka dua kali saja. Nah, keunikan berikutnya adalah pembayarannya menggunakan potongan bambu / uang pring . Saat masuk harus menukar uang dengan rentengan Uang Pring . Semua yang ada disini ditransaksikan dengan Uang Pring . Satu renteng Uang Pring Jual Beli Kupat Tahu berharga 5 Pring Pasar Papringan menjual berbagai macam makanan dan jajanan ndeso. Berbagai kerajinan bambu dan minuman. Satu hal lagi, jika kita membawa pulang jajanan atau oleh oleh, kita harus memakai tas bambu, tidak pakai plastik. Penjual Kupat Tahu Mbak ayune penjual Dawet Ayu Jajanan Klepon Jajanan Gronthol Penjual Klepon Dalam area Pasar Papringan, banyak spot foto apik tersedia disamping interaksi alamiah antar pengunjung dan warga. Malu Malu bermain Ayunan Bambu Berdua Interaksi Penjual dan Pe...
Comments
Post a Comment